Dalam akreditasi program studi Diploma Tiga dan Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis, salah satu komponen yang sangat penting adalah persentase lulusan yang berhasil lulus uji kompetensi baik dalam bentuk Computer-Based Test (CBT) maupun Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Nasional. Persentase ini mencerminkan tingkat kompetensi lulusan yang dihasilkan oleh program studi dalam memenuhi standar profesi yang ditetapkan.
Pentingnya Persentase Lulusan Uji Kompetensi CBT Nasional
Uji Kompetensi CBT Nasional bertujuan untuk mengukur pemahaman mahasiswa tentang teori dan konsep yang berkaitan dengan Teknologi Laboratorium Medis. CBT dilakukan dengan metode berbasis komputer yang memastikan setiap lulusan memiliki pengetahuan yang memadai untuk memasuki dunia kerja. Dalam proses akreditasi, persentase lulusan yang berhasil lulus uji ini memiliki bobot penilaian sebesar 8,39.
Lulusan yang sukses dalam uji kompetensi CBT menunjukkan bahwa program studi mampu memberikan pembelajaran yang sesuai dengan standar nasional. Selain itu, tingginya persentase kelulusan dalam CBT menunjukkan bahwa lulusan memiliki kompetensi yang diharapkan oleh industri, baik dalam ranah teori maupun praktis. Hal ini sangat penting karena lulusan yang kompeten diharapkan mampu beradaptasi dengan teknologi dan standar terbaru di laboratorium medis.
Pentingnya Persentase Lulusan Uji Kompetensi OSCE Nasional
OSCE Nasional adalah uji kompetensi praktis yang bertujuan mengukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan prosedur dan keterampilan klinis. Melalui OSCE, mahasiswa diuji dalam situasi yang mendekati kondisi sebenarnya di laboratorium atau fasilitas kesehatan. OSCE mengukur keterampilan teknis, kecepatan, ketelitian, dan kesesuaian prosedur sesuai standar profesi.
Persentase kelulusan OSCE memiliki bobot yang sama dengan CBT dalam akreditasi, yaitu 8,39. Tingginya kelulusan OSCE menunjukkan bahwa program studi tidak hanya unggul dalam teori tetapi juga dalam kemampuan praktis. Bagi program studi, hal ini merupakan bukti nyata bahwa lulusan memiliki kompetensi klinis yang sesuai dengan persyaratan nasional dan kebutuhan praktis di lapangan.
Bobot Penilaian dalam Akreditasi
Dalam proses akreditasi, Buku IV “Pedoman dan Matriks Penilaian Dokumen Kinerja dan Laporan Evaluasi Diri Akreditasi Program Studi Diploma Tiga dan Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis” menyebutkan bahwa bobot penilaian untuk persentase lulusan yang lulus uji kompetensi CBT dan OSCE Nasional masing-masing adalah 8,39. Bobot ini diberikan karena kedua aspek ini dianggap sebagai indikator utama yang menunjukkan keberhasilan program studi dalam mempersiapkan lulusannya untuk masuk ke dunia profesional.
Bobot ini tidak hanya mempengaruhi hasil akreditasi program studi, tetapi juga mendorong setiap program untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan fasilitas pendukung yang relevan dengan kebutuhan ujian CBT dan OSCE. Dengan demikian, persentase kelulusan dalam uji kompetensi ini merupakan faktor kunci yang menunjukkan kualitas program studi dan menjadi tolok ukur bagi masyarakat maupun calon mahasiswa untuk menilai program studi tersebut.
Persentase kelulusan dalam uji kompetensi CBT dan OSCE Nasional merupakan indikator penting dalam proses akreditasi program studi Teknologi Laboratorium Medis. Dengan bobot masing-masing sebesar 8,39, kedua komponen ini mencerminkan kompetensi lulusan, baik dalam teori maupun praktik. Untuk program studi, tingginya persentase kelulusan dalam kedua uji kompetensi ini tidak hanya meningkatkan peluang mendapatkan akreditasi yang baik tetapi juga menjadi bukti bahwa lulusan yang dihasilkan telah siap untuk terjun ke dunia profesional. Program studi harus terus memperhatikan dan meningkatkan persentase kelulusan ini melalui perbaikan kurikulum, fasilitas, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi nasional.