Tugas dosen bukan hanya untuk memenuhi BKD saja

Bicara tugas dosen selalu menarik bagi saya. Sesuai amanat Undang Undang Guru dan Dosen, seorang dosen wajib melaksanakan tri Dharma perguruan tinggi. Tidak hanya mengajar saja tetapi seorang dosen juga harus melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Jadi, jadi dosen itu berat ya. Mungkin kalau seorang guru hanya fokus di pengajaran saja tapi seorang dosen diberi tambahan dan dipercaya untuk bisa meneliti dan bisa mengabdi di masyarakat.

Dalam BKD (Beban Kerja Dosen), dosen dengan tanpa tugas tambahan harus melaksanakan tri Dharma perguruan tinggi dengan total 12 – 16 SKS tiap semesternya. Bagi dosen yang punya banyak mata kuliah dengan besaran SKS nya besar, saya kira BKD tersebut tidak berat. Berbeda lagi, jika dosen yang hanya mendapatkan sedikit mata kuliah ditambah besaran SKS nya sedikit pula. Dalam BKD tersebut, dosen juga harus mengisi kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat tiap semesternya.

Dosen dengan tugas tambahan sudah bisa lolos BKD dengan minimal mengajar 3 SKS. Tentu ini sangat menguntungkan buat para dosen yang mendapat amanah sebagai pejabat struktural yang bisa diakui dalam BKD. Di sisi lain, juga menjebak. Membuat dosen kurang produktif. Lupa tidak melakukan penelitian. Lupa tidak melakukan pengabdian masyarkat. Karena sudah disibukkan dg jabatannya. Akan tetapi, bagi dosen yang memang punya passsion dalam bidang penelitian dan pengabdian masyarakatnya, mereka akan tetap produktif meskipun menjabat.

Bicara dosen bukan bicara BKD saja. Alahkah baiknya dalam rangka percepatan untuk kemajuan institusinya dan pengembangan kariernya, dosen harus melakukan strategi percepatan perolehan jafa. Mulai dari asisten ahli, lektor, lektor kepala sampai profesor. Saya kira dosen bisa menyusun strateginya kapan harus naik jabatan fungsional atau jabatan akademiknya sesuai kemampuannya berdasarkan pedoman PAK terupdate. Jika tidak ada strategi dan target, khawatirnya lupa mengurus jafa. Jika banyak dosen yang sangat produktif dalam hal percepatan jafa maka akan sangat menguntungkan buat perguruan tingginya. So pasti lah. Bisa mendukung akreditasi. Bagus untuk pencitraan perolehan maba. Dll.

Dan yang terakhir. Opini saya. Bicara dosen bukan bicara BKD dan percepatan Jafa saja. Tetapi juga bicara bagaimana seorang dosen dengan loyalitas tingkat tinggi berkontribusi dalam hal pemeringkatan Sinta perguruan tinggi. Mulai tahun ini (2022), Sinta mulai dijadikan indikator kinerja penelitian dan pengabdian masyarakat dari suatu perguruan tinggi. Keaktifan para dosen untuk mengupdate akun sintanya ini sangat ditunggu oleh perguruan tingginya. Berkas-berkas atau dokumen penting dari tri Dharma dosen jika tidak diupdate di Sinta juga percuma. Tidak akan memberi sumbangsih terhadap ranking Sinta. Kata kuncinya adalah “keaktifan dari para dosen-dosen”. Dosen harus punya “self belonging” terhadap institusinya.